Suka Duka Mengajari Matematika



Siapa yang tidak kenal dengan pelajaran matematika?. Yah pelajaran yang hampir mayoritas orang tidak suka bahkan benci. Tidak hanya anak-anak bahkan orang dewasa pun tidak suka dengan matematika. Ada pertanyaan besar, why? Mengapa banyak orang yang tidak suka matematika? Ehmm... Jika aku pribadi dari kecil sampai sekarang suka-suka aja matematika. Aku masih ingat ketika aku harus menghafal perkalian dan rumus-rumus.
Ketika aku menyusuri pembelajaran mulai dari jenjang SD hingga SMA ada beberapa hal yang berbeda. Berbicara tentang hal yang berbeda pasti ada suatu perbandingan. Perbandingan yang dirasa metode/ cara mengajar anak dengan jenjang lebih tinggi itu lebih mudah namun memang perlu banyak menggali dan update ilmu pengetahuan. Hal ini berbeda jauh dengan mengajar anak jenjang lebih rendah. Kita harus benar-benar mengasah kekreatifan dan berpikir terus agar anak-anak memahami bahasa yang disampaikan. Selain itu, mereka belum tahu ilmu-ilmu dasar. Sebagai pendidik, kitalah yang mengajari ilmu-ilmu dasar tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami. Bagaimana jika yang diajari itu adalah matematika??? Ini jauh lebih berat tantangannya, karena anak-anak usia TK sampai SD tahap berpikir mereka masih masa kongkret. Sedangkan dalam matematika, banyak yang saya jumpai dibuku tertulis dengan bahasa dan kalimat yang abstrak sekali. Ah... Apakah mungkin ini membuat matematika dibenci ya?
Sebenarnya matematika bukanlah ilmu abstrak, malah ilmu yang sangat nyata sekali. Matematika selalu ada dalam kehidupan di sekitar. Hanya saja kita kurang peka dalam menyadari keberadaan matematika itu sendiri dan sudah terlalu berprasangka buruk dari awal. Kita sudah mendoktrin pada dirinya sendiri "matematika itu sulit, matematika itu pelajaran bikin mati, matematika... mati-matian, matematika itu susah, dll. Ini salah satu penyebab terbesar, kita sudah membangun sendiri mindset yang buruk, pikiran yang negatif.
Coba hilangkan itu su'udzon, bangun kekuatan diri dengan kepercayaan pikiran positif dan optimis. Buang tuh jauh-jauh pikiran negatif. Pasti kita akan bisa. Membangun pikiran positif juga butuh proses. Oleh karena itu, belajarlah mulai dari sekarang.

Matematika itu nyata banget. Matematika itu seperti irisan atau bagian dari ilmu pengetahuan lain yang tidak dapat terpisahkan. Kalau dalam bahasa agak romantis, matematika itu seperti belahan jiwa yang tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lain. Jadi mengapa kita masih membencinya???
Coba perhatikan uang saja itu sudah termuat angka. Kalau kita benci matematika benci aja deh tuh uang karena ada angkanya. :-P. Bangunan-bangunan rumah juga mengambil konsep matematika. Pernahkah kita menyadari di dalam bentuk bunga dan jumlah kelopak bunga ada ilmu matematikanya, bentuk bangun dan barisan. Lihat bentuk badan kita mulai dari bahu kanan - kiri hingga ujung kaki jika ditarik garis mirip dengan bangun datar segitiga.
Lanjut lagi ke metode pembelajaran, sebagai guru kita dituntut untuk jadi kreatif. Bagaimana caranya kita mengajari sesuatu yang amat dibenci siswa agar mereka setidaknya bisa paham ilmu tersebut??? Tambah beratkan tantangan guru matematika? Yah memang diakui sangat berat, apalagi jika kita kurang menikmati dunia mengajar. Wah, jadi x kuadrat deh. Tapi, sebagai manusia yang bertanggung jawab kita harus profesional terhadap pekerjaan. Suka tidak suka harus melakukan usaha yang terbaik untuk urusan hasilnya serahkan saja pada Allah.
Selama ini dari beberapa bulan, jujur saya bingung sekali apa yang harus dilakukan karena anak-anak kurang ilmu dasarnya. Sebagai contoh mereka sudah memasuki materi hitung campuran namun masih banyak yang belum hafal perkalian. Bahkan baru beberapa kali masuk, banyak anak yang bilang jika tidak suka dengan guru matematikanya tentu itu adalah saya. Artinya banyak yang tidak suka dengan saya. Amazing.

Seiring berjalannya waktu, aku putuskan untuk tanamkan dalam pikiranku "Aku harus bisa mengubah anak-anak yang membenci matematika akan bisa paham dan bisa suka dengan matematika". Itulah kalimat yang kutanamkan dalam pikiran. Setidaknya aku harus bisa profesional dalam bekerja dan memberi perubahan di sekitarku. Itu yang membuatku untuk berubah. Dulu aku mengira jika level soalku terlalu sulit yang menyebabkan nilai jelek namun seiring waktu berjalan sebenarnya itu bukan menjadi penyebab pertama. Karena bagiku, soal seperti itu masih bisa untuk level kelas yang sama. Kecuali jika kita memberi soal anak SD dengan level soal SMP itu jelas tidak boleh. Aku menemukan beberapa titik permasalahan antara lain: 1) kurangnya minat terhadap matematika alias bencinya terhadap matematika, 2) kurangnya ilmu dasar yang seharusnya sudah dimiliki. 3) kurang membiasakan dirinya dengan latihan soal.

Dari beberapa masalah tersebut aku mulai mencoba untuk membiasakan diri mereka agar terlatih dengan varisasi soal. Aku beri mereka banyak latihan soal-soal matematika tentunya dengan hal menyenangkan agar mereka tidak menyadari jika mereka sedang belajar. Aku biasanya mencoba beberapa permainan dalam latihan soal-soal mulai dari permainan tingkat level, petak umpet, komunikata, ice breaking, kocok arisan dll. Selain itu, aku mencoba untuk menjelaskan konsep dasar matematika dengan hal-hal yang berhubungan langsung di kehidupan. Aku biasanya mencoba mengaitkan dengan benda-benda sekitar dan kejadian yang pernah mereka jumpai. Metode pembelajaran yang kulakukan biasanya penemuan. Aku ajak mereka secara berkelompok dan kuberi penjelasan apa saja yang harus dilakukan tentunya ada pedoman lks agar menemukan suatu kesimpulan. Selanjutnya, aku lihat sampai sejauh mana mereka mengerti maksud dari kegiatan yang sudah dilakukan. Aku meminta pendapat dari mereka apa saja yang sudah didapatkan dari kegiatan di lks. Setelah itu, aku mencoba untuk menghubungkannya dan memasuki penjelasan materi lebih detail. Bisa juga mengajari konsep materi dengan sarana lcd karena mengingat zaman sekarang adalah gadget. Mereka lebih tertarik dan memperhatikan pelajaran. Tapi ya gitu, sebagai pendidik kita harus siap-siap rempong membuat ppt sesuai konsep materi pelajaran dan mencari video yang menarik, dan musik yang membangun susana semangat.
Untuk soal cerita aku mencoba dengan pembuatan kartu, tentunya kita harus memberi contoh pada mereka. Setelah itu mereka sendiri yang membuat dan menjawab soal tersebut. Biasanya mereka lebih cepat paham cara menyelesaikannya daripada soal yang ada di buku. Setelah itu bisa deh dibuat permainan tebak-tebakan secara berpasangan, bisa juga presentasi di depan dll.
Ada hal yang membuat aku jadi terharu ketika seorang murid memintaku untuk mengajari matematika dalam persiapan olimpiade matematika. Dia juga pernah bilang padaku bahwa "Dulu, waktu kelas 2 tidak mengerti soal cerita dan soal cerita adalah paling sulit, sekarang sudah lumayan mengerti".

Aku bukanlah seorang guru profesional. Aku bukanlah guru kreatif. Aku bukanlah guru hebat. Aku hanya berusaha untuk menjadi profesional dalam bekerja hingga semua itu kulakukan dan berusaha menjadi kreatif. Karena aku percaya dengan berusaha terus bisa memberi perubahan yang baik. Hasilnya kuserahkan pada Allah. Setidaknya aku memberi warna baru dalam kehidupan mereka. Mungkin sebentar lagi, aku tidak akan bertemu dengan mereka karena ada dunia yang harus kupelajari dan kutekuni secara total.

Masalah membuat diriku menjadi lebih tegar.
Anak-anak membuat diriku menjadi lebih dewasa.
Teman-teman sekerja membuat diriku menjadi lebih semangat dan peka.
 Semua tersebut memberiku perubahan dan pengalaman hidup yang berarti.
Pendidikan matematika.
Pendidikan telah mengajariku bagaimana caranya bisa berkomunikasi, menyampaikan sesuatu pada orang lain, melatih, dan mendidik anak yang tidak tahu menjadi tahu, memberi pengalaman dalam dunia mengajar. Tentunya hal itu memberi bekal padaku nanti jika menjadi orang tua.
Matematika telah membentuk pola berpikirku. Memudahkanku dalam mengerti belajar ilmu-ilmu baru. Memudahkan aku menemukan tahapan-tahapan solusi dari masalah. Membuatku menjadi lebih teliti dalam beberapa hal. Membuatku menjadi percaya diri atas keputusan yang kuambil.

Semua itu akan kuingat dalam hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coba lagi

Mengapa Anda Harus Berinvestasi Emas

Fans Idola